Jumat, 07 Januari 2011

Mutiara Dalam Lumpur

Alkisah, di sebuah hutan belantara ada seekor induk singa yang mati setelah melahirkan anaknya. Bayi singa yang lemah itu hidup tanpa perlindungan induknya. Beberapa waktu kemudian serombongan kambing datang melintasi tempat itu. Bayi singa itu menggerak - gerakkan tubuhnya yang lemah. Seekor induk kambing tergerak hatimya. Ia merasa iba melihat anak singa yang lemah dan hidup sebatang kara. Dan terbitlah nalurinya untuk merawat dan melindungi bayi singa itu.

Sang induk kambing lalu menghampiri bayi singa itu dan membelai dengan penuh kehangatan dan kasih sayang. Merasakan hangatnya kasih sayang seperti itu, si bayi singa tidak mau berpisah dengan sang induk kambing. Ia terus mengikuti ke mana saja induk kambing pergi. Jadilah ia bagian dari keluarga besar rombongan kambing itu.
Hari berganti hari dan anak singa tumbuh dan besar dalam asuhan induk kambing dan hidup dalam komunitas kambing. Ia menyusu, makan, minum, bermain bersama anak - anak kambing lainnya. Tingkah lakunya juga persis layaknya kambing. Bahkan anak singa yang mulai beranjak besar itupun mengeluarkan suara layaknya kambing. Ia mengembik bukan mengaum !

Ia merasa dirinya adalah kambing, tidak berbeda dengan kambing - kambing lainnya. Ia sama sekali tidak pernah merasa bahwa dirinya adalah seekor singa.
Suatu hari, terjadi kegaduhan luar biasa. Seekor serigala buas masuk memburu kambing untuk dimangsa. Kambing - kambing berlarian panik. Semua ketakutan. Induk kambing yang juga ketakutan meminta anak singa itu untuk menghadapi serigala.
"kamu singa, cepat hadapi srigala itu ! Cukup keluarkan aumanmu yang keras dan serigala itu pasti lari ketakutan ! Kata induk kambing pada anak singa yang sudah tampak besar dan kekar.

Tapi anak singa yang sejak kecil hidup di tengah – tengah komunitas kambing itu justru ikut ketakutan dan malah berlindung di balik tubuh induk kambing. Ia berteriak sekeras – kerasnya dan yang keluar dari mulutnya adalah suara embikan. Sama seperti kambing yang lain bukan auman. Anak singa itu tidak bisa berbuat apa – apa ketika salah satu anak kambing yang tak lain adalah saudara sesusuannya diterkam dan di bawa lari serigala.

Induk kambing sedih karena salah satu anaknya tewas dimakan serigala. Ia menatap anak singan dengan perasaan nanar dan marah,
“Seharusnya kamu bisa membela kami ! Seharusnya kamu bisa menyelamatkan saudaramu ! Seharusnya kau bisa mengusir serigala yang jahat itu !”
Anak singa itu hanya bisa menunduk. Ia tidak paham dengan maksud perkataan induk kambing. Ia sendiri merasa takut pada serigala sebagaimana kambing – kambing yang alain. Anak singa itu merasa sangat sedih karena ia tidak bisa berbuat apa – apa.

Hari berikutnya serigala yang ganas itu datang lagi. Kembali untuk memburu kambing – kambing untuk disantap. Kali ini induk kambing tertangkap dan telah dicengkram oleh serigala. Semua kambing tidak ada yang berani menolong. Anak singa itu tidak kuasa melihat induk kambing yang telah ia anggap sebagai ibunya dicengkram serigala.Dengan nekad ia lari dan menyeruduk serigala itu. Serigala kaget bukan kepalang melihat ada seekor singa dihadapannya. Ia melepaskan cengkramannya.

Serigala itu gemetar ketakutan ! Nyalinya habis ! Ia pasrah, ia merasa hari itu adalah akhir hidupnya !
Dengan kemarahan yang luar biasa anak singa berteriak keras
“Embiiiik !”
Lalu ia mundur kebelakang. Mengambil ancang – ancang untuk menteruduk lagi. Melihat tingkah anak singa itu, serigala yang ganas dan licik itu langsung tahu bahwa yang dihadapannya adalah singa yang bermental kambing , tak ada bedanya dengan kambing.
Seketeika itu juga ketakutannya hilang. Ia menggeram marah dan siap memangsa kambing bertubuh singa itu ! Atau singa bermental kambing itu !

Saat anak singa itu menerjang dengan menyerudukkan kepalanya layaknya kambing. Sang serigala telah siap dengan kuda – kudanya yang kuat. Dengan sedikit berkelit,serigala itu merobek wajah anak singa itu dengan cakarnya. Anak singa itu terjerembab dan mengadu. Sementara induk kambing menyaksikan peristiwa itu dengan rasa cemas yang luar biasa. Induk kambing itu heran, kenapa singa yang kekar itu kalah dengan serigala, bukankah singa adalah raja hutan ?

Tanpa memberi ampun sedikitpun serigala itu menyerang anak singa yang masih mengaduh itu. Serigala itu siap menghabisi nyawa anak singa itu. Di saat yang kritis itu, induk kambing yang tidak tega, dengan sekuat tenaga menerjang serigala. Sang serigala terpelanting. Anak singa bangun.

Dan pada saat itu, seekor singa dewasa muncul dengan auman yang dasyat !
Semua kambing ketakutan dan merapat ! Anak singa itu juga ikut takut dan ikut merapat. Sementara sang serigala i\lari terbirit – birit. Saat singa dewasa hendak menerkam kawanan kambing itu, ia terkejut di tengah – tengah kawanan kambing itu ada seekor anak singa.
Beberapa ekor kambing lari, yang lain langsung lari. Anak singa itu ikut lari. Singa itu masih tertegun. Ia heran kenapa anak singa itu ikut lari mengikuti kambing ? ia mengejar anak singa itu dan berkata,
“Hai kamu jangan lari ! kamu anak singa, bukan kambing ! Aku tak akan memangsa anak singa !”

Namun anak singa itu terus lari dan lari. Singa dewasa it uterus mengejar. Ia tidak jadi mengejar kawanan kambing tapi malah mengejar anak singa. Akhirnya anak singa itu tertangkap. Anak singa itu ketakutan,
“Jangan bunuh aku, ammpuun!”
“Kau anak singa, bukan anak kambing. Aku tidak membunuh anak singa !”
Denngan meronta – ronta anak singa itu berkata “Tidak aku anak kambing ! Tolong lepaskan aku !”
Anak singa itu meronta dan berteriak keras. Suaranya bukan auman tapi suara embikan, persis seperti suara kambing.
Sang singa dewasa heran bukan main. Bagaimana mungkin ada anak singa bersuara kambing dan bermental kambing. Dengan geram ia menyeret anak singa itu ke danau. Ia harus menunjukkan siapa sebenarnya anak singa itu. Begitu sampai di danau yang jernih airnya, ia meminta anak singa itu melihat bayangan dirinya sendiri lalu membandingkan dengan singa dewasa.

Begitu melihat bayangan dirinya, anak singa itu terkejut “Oh, rupa dan bentukku sama dengan kamu, sama dengan singa si Raja Hutan !”
“Ya, karena kamu sebenarnya anak singan bukan anak kambing !” Tegas singa dewasa
“jadi aku bukan kambing ? aku adalah seekor anak singa !”
“Ya kamu adalah seekor singa, raja hutan yang berwibawa dan ditakuti oleh seluruh isi hutan ! Ayo aku ajari bagaimana menjadi seekor raja hutan !” Kaa sang singan dewasa
Singa dewasa lalu mengangkat kepalanya dengan penuh wibawa dan mengaum dengan keras. Anak singa itu lalu menirukan dan mengaum dengan keras. Ya mengaum, menggetarkan seantero hutan. Tak jauh dari situ, serigala ganas itu lari makin kencang, ia ketakutan mendengar auman anak singa itu.
Anak singa itu berteriak penuh kemenangan,
“Aku adalah seekor singa ! Raja hutan yang gagah perkasa !”
Singa dewasa tersenyum bahagia mendengarnya.
Saya tersentak oleh kisah anak singa di atas ! Jangan – jangan kondisi kita dan sebagian besar orang disekeliling kita mirip dengan anak singa di atas. Sekian lama hidup tanpa mengetahui jati diri dan potensi terbaik yang dimilikinya. Betapa banyak manusia yang menjalani hidup apa adanya, biasa – biasa saja, ala kadarnya. Hidup dalam keadaan terbelenggu oleh siapa dirinya sebenarnya. Hidup dalam keadaan terbelenggu oleh siapa dirinya sebenarnya. Hidup dalam tawanan rasa malas, langkah yang penuh keraguan dan kegamangan. Hidup tanpa semangat hidup yang seharusnya. Hidup tanpa kekuatan nyawa terbaik yang dimilikinya.


Dimana – mana kita lebih banyak menemukan orang - orang bermental lemah, hidup apa adanya dan tidak terarah. Orang – orang yang tidak tahu potensi terbaik yang diberikan oleh Allah kepadanya. Orang – orang yang rela ditindas dan dijajah oleh kesengsaraan dan kehinaan. Padahal sebenarnya jika mau, pasti bisa hidup merdeka, jaya berwibawa dan sejahtera.

Tak terhitung berapa jumlah masyarakat negeri ini yang bermental kambing.Meskipun sebenarnya mereka adalah singa ! Banyak yang minder dengan bangsa lain seperti mindernya anak singa bermental kambing pada serigla dalam kisah di atas. Padahal sebenarnya, Bangsa ini adalah bangsa besar ! Ummat ini adalah ummat yang besar ! Bansa ini sebenarnya adalah sriwijaya yang perkasa menguasai nusantara, juga sebenarnya adalah Majapahit yang digjaya dan adikuasa. Lebih dari itu, bangsa ini sebenarnya dan tidak mungkin disangkal adalah ummat Islam terbesar didunia. Ada dua ratus juta ummat Islam di negeri tercinta Indonesia ini. Banyak yang tidak menyadari apa makna dari dua ratus juta jumlah Ummat islam Indonesia. Banyak yang tidak sadar. Dianggap biasa saja. Sama sekali tidak menyadari jati diri sesungguhnya. Dua ratus juta ummat islam di Indonesia maknanya adalah dua ratus juta sing. Penguasa belantara dunia ! Itu lah yang sebenarnya. Sayangnya, dua ratus juta yang sebenarnya adalah justru singa bermental kambing dan berperilaku layaknya kambing. Bukan layaknya singa ! Lebih memprihatinkan lagi, ada yang sudah menyadari dirinya sesungguhnya singa tapi memilih untuk tetap menjadi kambing. Karena telah terbiasa menjadi kambing maka ia malu menjadi singa ! Malu untuk maju dan berprestasi.

Yang lebih memprihatinkan lagi, mereka yang memilih tetap menjadi kambing itu menginginkan yang lain tetap menjadi kambing. Mereka tetap ingin jadi kambing sebab merasa tidak mampu jadi singa dan merasa nyaman jadi kambing. Yang menyedihkan, mereka tidak ingin orang lain jadi singa. Bahkan mereka ingin orang lain jadi kambing yang lebih bodoh !

Marilah kita hayati diri kita sebagai seekor singa. Allah telah memberi predikat kepada kita sebagai ummat terbaik di muka bumi ini. Marilah kita bermental menjadi ummat terbaik. Jangan bermental ummat yang terbelakang. Allah berfirman dalam surah Ali ‘imran ayat 110 “Kalian adalah sebaik – baik ummat yang dilahirkan untuk manusia karena kalian menyuruh berbuat yang makhruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah !” Wasalamu ‘alaikumu warahmatullahi wabarakatuh !

[ketika menngetikkan mutiara dalam lumpur ke dalam Google, terhampar dalam kesejukan kutipan dari Ketika Cinta Bertasbih episode 2... inspiratif....]

Minggu, 26 Juli 2009

Program perguruan dimulai...





Ya ALLAH, inilah awal langkah kami

Rahmati kami semua.
Limpahi kami dengan ilmuMU
Perkaya kami dengan kemampuan untuk memahami keagunganMU






Rabu, 17 September 2008

Membangun ruang perguruan.. (3)

Bisa saja tampak sekedar mengikuti tatacara menegakkan bangunan
tetapi.. tidakkah terlihat pula ada paduan seni,ketekunan, kelenturan, keberanian, ketangkasan, keteguhan
dalam proses membangun ruang ini?
bagaimana bila paduan itu dibawakan sepenuh hati?
dan karenanya kaya makna..?

(Gusti, tambahi kepekaan kami dalam menghayati semua ini...)







Membangun ruang perguruan... (2)

Bukan sekedar sebuah ruang belajar nantinya.
Karena segala penyiapan komponen dan pemasangannya dilakukan dengan gembira
dan hampir 24 jam tiap harinya sambil tetap gembira..
Ada ruh di dalamnya. Gambar-gambar ini merekam (dan membagi) getaran jiwa manusia
yang menjadi fondasi sebuah pembelajaran holistik.